Fast Pagespeed Template Wordpress Platform

Tulisan ini sebenarnya kelanjutan dari artikel optimasi pagespeed yang sebelumnya sudah saya tulis disini. Diartikel tersebut saya sudah membahas tentang mempercepat loading web terutama menggunakan parameter dari GtMetrix.
Nah, ditulisan kali ini.. meskipun masih menggunakan parameter GtMetrix (untuk kecepatan loading), tapi saya tambahkan juga beberapa parameter lain yang bisa membuat optimasi pagespeed web Anda menjadi lebih maksimal. Dengan pagespeed yang maksimal tentunya SEO on page website Anda akan jauh lebih baik lagi.
Selain itu, bagian yang dioptimasi bukan hanya homepage saja tapi bisa diaplikasikan ke hampir seluruh bagian web seperti halaman category, single post sampai image attachment (kalau ada).
Dibagian pertama dulu, saya lebih banyak berorientasi kepada score (grade) yang diberikan oleh GtMetrix. Namun kali ini, saya akan lebih menitikberatkan kepada nilai loading time dan target saya adalah dibawah 1 detik.

Kenapa harus dibawah 1 detik ?
Ya biar lebih keren aja hehehe :D
Ga juga sih sebenernya.. silahkan cek disini untuk lebih jelasnya. Atau untuk versi lokalnya bisa dibaca disini.
Meskipun rekomendasi Google tersebut untuk mobile site, tidak ada salahnya jika versi desktop juga dioptimasi agar secepat rekomendasi untuk versi mobile. Logikanya, jika versi desktop bisa diloading dengan cepat maka versi mobile-nya pun akan relatif lebih cepat juga. Karena kode-kode css, php, maupun konten-kontennya berasal dari sumber yang sama.

Yang akan Anda pelajari dalam artikel ini antara lain :

  • Cara Optimasi Pagespeed via GtMetrix.com (bagian 2)
  • Cara Optimasi Pagespeed via Pagespeed Insights
  • Cara Mengatasi HTML Error via W3.Org
  • Spesial Bonus: Trik Mendapatkan score 100% User Experience di Google Pagespeed Insights
Sebelumnya, untuk lebih meyakinkan Anda tentang pentingnya kecepatan loading web silahkan simak infographic berikut ini yang saya ambil dari blog Kissmetrics.com

loading time
Klik Untuk Memperbesar


Cara Optimasi Pagespeed via GtMetrix.com (bagian 2)

Untuk Anda yang belum membaca dan mempraktekkan bagian pertama, sekali lagi silahkan baca dulu disini.
Untuk bagian kedua ini, saya awali dengan optimasi dibagian image (gambar). Kenapa ? Karena image termasuk elemen penting website yang berhubungan langsung dengan visitor (pengunjung). Apalagi jika web anda termasuk web e-commerce (toko online) atau web adsense yang berbasis image, maka optimasi image ini mutlak diperlukan.
Di GtMetrix, isu atau problem yang sering muncul sehubungan dengan image ada 3, yaitu Optimize imagesServe scaled images dan Specify image dimensions. Untuk optimize images sudah saya bahas di bagian pertama, jadi kali ini saya akan membahas tentang “serve scaled images” dan “specify image dimensions”.

Served Scaled Images (Menyajikan Gambar yang di Resize)

Isu ini muncul jika gambar yang Anda tampilkan diwebsite bukanlah gambar dalam ukuran yang sebenarnya. Misal, gambar thumbnail dihomepage web Anda tampilannya 150px x 150px, tapi gambar tersebut mengambil sumber dari gambar yang berukuran 450 x 450 atau bahkan mungkin lebih besar. Ini tentu saja membuat loading jadi lebih lama karena selain browser mendownload file yang lebih besar, browser harus meresize sendiri dalam ukuran yang lebih kecil sebelum menampilkan ke pengguna.
Untuk mengetahui apakah suatu theme sudah menggunakan gambar dan thumbnail dengan ukuran yang sesuai, cukup mudah. Arahkan kursor pada salah satu gambar di web yang menggunakan theme tersebut (bisa pada web demo atau pada web-web lain yang menggunakan theme tersebut) kemudian klik kanan dan pilih opsi “inspect element”. Selanjutnya, klik pada bagian Box Model. Disitu terdapat ukuran gambar yang ditampilkan beserta margin, padding, dsb.
Kita ambil contoh web Rohadiright.com ini, dihalaman depan (homepage) setelah saya cek menggunakan cara diatas ukurannya adalah 596px x 222px.
inspect element width height
Kemudian untuk melihat sumber gambar yang dipakai, arahkan kursor pada gambar tersebut dan klik kanan kemudian pilih opsi “view image info”. Dibagian dimensions akan tampak ukuran file yang sebenarnya. Jika ukuran yang tampil tidak sama dengan ukuran yang ada di box model, berarti theme tersebut masih belum menampilkan gambar sesuai sumber aslinya dan tidak akan bisa melewati isu served scaled image.
view image info
Dari hasil diatas, tampak bahwa homepage blog ini sudah menampilkan gambar yang di resize dan ditampilkan sesuai sumber aslinya. Apakah ini berarti theme blog ini sudah memenuhi syarat untuk melewati isu served scaled images ?
Masih belum. Kita juga harus melakukan test pada halaman lain yang memuat gambar seperti single post ataupun halaman category. Jika web Anda bertipe image based (wallpaper atau semi wallpaper) pastikan juga untuk melakukan pengecekan dihalaman attachment. Cara pengecekannya sama persis dengan 2 langkah diatas, menyamakan hasil di box model dan dibagian dimensions.
Idealnya, jika suatu halaman menampilkan gambar dengan ukuran tertentu, maka sumber yang diambil haruslah gambar dengan ukuran yang sama. Jika Anda melihat kedalam folder “uploads” di cpanel, untuk tiap 1 nama file gambar biasanya terdapat juga gambar-gambar lain dengan ukuran yang berbeda-beda. Gambar dengan ukuran berbeda-beda inilah nantinya yang akan dipakai sebagai sumber untuk menampilkan konten sesuai dengan ukuran yang ditampilkan ke pengguna (visitor).
contoh gambar uploads dengan ukuran berbeda-beda
WordPress sendiri sebenarnya sudah mempunyai fitur thumbnail otomatis setiap kita upload gambar (cek di Dashboard >> Setting >> Media).
Ukuran default thumbnail wordpress adalah :
150px x 150px (small)
300px x 300px (medium)
1024px x 1024px (large)
Namun dibanyak theme yang beredar sekarang ini, ukuran default diatas jarang dipakai. Para theme creator lebih banyak berimprovisasi menggunakan thumbnail dengan berbagai ukuran yang lebih atraktif dan stylist.
Nah pertanyaannya adalah, jika web yang terinstal wordpress sudah otomatis mempunyai file gambar dengan berbagai ukuran, kenapa isu served scaled images masih muncul ? Biasanya ini terjadi karena 3 hal :
1. Theme web Anda belum support thumbnai
2. Pembuat theme nya tidak menggunakan ukuran yang tepat untuk tiap gambar/thumbnail atau memang sengaja tidak melakukannya agar menghemat bandwith hosting
3. Anda mengganti theme ketika sudah terdapat banyak image di web.
Untuk mengetahui suatu theme sudah sudah support thumbnail atau belum, masuk ke Dashboard >> Add New Posts/ Edit Posts. Jika theme sudah support thumbnail maka dibagian kanan bawah halaman posting tersebut akan ada fitur “Featured Image”.
featured image
Jika fitur diatas belum ada, berarti theme tersebut belum support thumbnail.
Jika masalahnya no 1 & 2, untuk menghemat waktu sebaiknya ganti saja dengan theme lain yang sudah support thumbnail dan resize gambar. Tapi jika Anda sudah cinta berat dengan theme web Anda dan ingin melakukan modifikasi, berikut saya jelaskan langkah-langkah yang harus Anda lakukan.
Pertama-pertama, tambahkan kode ini dibagian functions.php
Setelah itu, kumpulkan ukuran-ukuran gambar yang ada diwebsite mulai dari gambar thumbnail dihomepage, related post, sidebar (kalau ada), dsb. Ukuran-ukuran ini nantinya yang akan kita generate ulang agar menghasilkan file-file gambar dengan ukuran yang sesuai.
Misal, thumbnail dihomepage ternyata mempunyai ukuran 90px x 90px dan thumbnail direlated post mempunyai ukuran 160px x 160px, maka tambahkan kode berikut di functions.php tepat dibawah kode yang pertama.
Bagian home-thumb dan related-thumb bisa Anda ganti dengan nama lain yang menurut Anda lebih mudah diingat.
Selanjutnya, instal plugin Regenerate Thumbnails atau Force Regenerate Thumbnails untuk melakukan regenerate ulang gambar-gambar di web Anda sesuai ukuran diatas. Proses regenerate bisa berlangsung cukup lama, tergantung jumlah image yang harus diregenerate.
Setelah proses regenerate selesai, langkah terakhir adalah mengganti nama thumbnail lama ke thumbnail baru (dalam contoh kali ini home-thumb dan related-thumb) yang sudah Anda buat tadi. Proses ini yang termasuk paling susah karena Anda harus sedikit mengerti kode php untuk mengetahui nama thumbnail lama Anda dan dimana lokasi thumbnail tersebut berada. Misal untuk bagian homepage, Anda bisa membuka index.php kemudian dari situ bisa ditelusuri apakah kode thumbnail homepage memang berada disitu atau dilempar ke halaman lain (loop.php, thumbnail.php dsb).
Biasanya, kode untuk pemanggilan thumbnail diawali dengan ini :
Berikut beberapa contoh halaman dimana kode thumbnail diletakkan :
contoh pemanggilan thumbnail
contoh pemanggilan thumbnail 2
contoh pemanggilan thumbnail 3
Tiap theme mempunyai struktur yang berbeda-berbeda termasuk masalah pemanggilan thumbnail, jadi jika Anda tidak yakin atau mengalami kebuntuan, silahkan konsultasikan ke teman atau saudara yang lebih jago coding yaa :)
Kemudian jika masalahnya adalah yang ketiga, yaitu Anda mengganti theme ketika sudah terdapat banyak image di web Anda, maka jalan keluarnya adalah melakukan regenerate ulang menggunakan salah satu dari dua plugin yang sudah saya sebutkan diatas.

Specify Image Dimensions

Masalah ini biasanya muncul jika gambar di web Anda tidak menyediakan salah satu ukuran dari lebar (width) dan tinggi (height) atau malah bisa jadi tidak menyediakan ukuran untuk keduanya.
Kenapa hal ini penting untuk kecepatan loading web ? Simak penjelasannya disini.
Penjelasan sederhananya, ketika browser meloading suatu halaman, dia membutuhkan ukuran-ukuran tiap elemen (dalam hal ini gambar) agar bisa segera menampilkan versi visual halaman tersebut kepada pengunjung meski gambar yang ada dihalaman tersebut belum terdownload sempurna oleh browser. Makanya ketika kita sedang membuka website, kadang ada jeda dimana sebuah frame kosong muncul sebelum akhirnya terisi dengan gambar berukuran sama (biasanya terjadi jika koneksi lambat).
Jika gambar tidak memberikan data ukuran lebar dan tinggi pada browser, otomatis browser harus kerja 2x karena setelah mendownload gambar dia harus mencari tahu ukuran gambar tersebut kemudian menampilkannya secara visual dan merubah posisi elemen lain (entah itu text, image, navigasi atau widget) yang sebelumnya menempati posisi gambar tersebut.
Untuk memberikan detail ukuran pada gambar bisa lewat css maupun php/html. Google page speed sendiri saat ini hanya bisa mendeteksi pengaturan ukuran image via php/html, jadi jika ternyata theme Anda sudah memberikan detail ukuran untuk image via css, anda bisa mengabaikan isu ini. Tapi saya pribadi lebih suka memberikan detail ukuran image untuk keduanya agar lebih maksimal.
Untuk mengetahui apakah gambar di web Anda sudah menyediakan detail ukuran, silahkan arahkan kursor pada gambar yang akan dicek, kemudian klik kanan dan pilih opsi inspect element. Lalu lihat dibagian width dan height seperti gambar dibawah ini.
image width and height
Jika detail width dan height muncul dan ukurannya sesuai berarti theme tersebut sudah menyediakan detail ukuran untuk gambar, tetapi jika tidak muncul maka ada dua kemungkinan, yaitu ukuran sudah ditentukan via css atau bisa jadi tidak ada pengaturan ukuran untuk gambar tersebut.
Untuk memberikan ukuran width dan height pada elemen gambar caranya adalah dengan membuka file php dimana gambar tersebut berada. Misal Anda ingin memberikan ukuran pada thumbnail di homepage, maka file yang biasanya harus diedit adalah index.php. Jika yang ingin diberi ukuran adalah gambar di single page maka file yang biasanya diedit single.php.
Biasanya, pengaturan ukuran thumbnail diawali dengan ini :
Beberapa contoh pengaturan ukuran thumbnail :
setting manual width height thumbnail
setting otomatis width height thumbnail
Jika thumbnail disalah satu elemen web Anda mempunyai ukuran yang sama semua, maka Anda bisa memakai cara seperti gambar pertama, yaitu dengan menuliskan ukurannya secara langsung. Tapi jika thumbnail tersebut mempunyai ukuran yang berbeda-beda, maka Anda harus memakai cara yang kedua. Untuk mengaplikasikan pemakaian dengan cara kedua Anda bisa membaca selengkapnya disini.
Sekali lagi, setiap theme mempunyai struktur yang berbeda-beda, jika Anda mengalamai kebuntuan dalam editing maka segera konsultasikan ke teman yang lebih jago atau lebih baik lagi ke pembuatnya langsung jika memang theme tersebut ada layanan supportnya.

Setelah optimasi image, sekarang kita beranjak ke Javascript. Disini ada 3 isu yang sering muncul yaitu Defer parsing JavaScriptPrefer asynchronous resources dan Remove query strings from static resources.

Defer parsing of JavaScript

Isu ini muncul karena halaman javascript web terlebih dahulu diload sebelum konten web yang sebenarnya (artikel, text, image, dsb). Semakin banyak kode javascript di web Anda (terutama yang berada disekitar header), semakin lama pula waktu yang dibutuhkan browser untuk menampilkan konten pada pengunjung. Ini dikarenakan browser harus meloading semua javascript sampai selesai sebelum menampilkan konten yang sebenarnya. GtMetrix (dan Google) menyarankan untuk menunda pengambilan kode javascript sampai konten utama selesai diload.
Lalu bagaimana cara menunda pengambilan kode javascript ? Solusi dari saya cukup mudah, Anda tinggal instal plugin WP Deferred JavaScripts yang memang khusus digunakan untuk mengatasi masalah ini.

Prefer asynchronous resources

Hampir sama dengan isu diatas, Prefer asynchronous resources menyarankan penggunaan script async yang bisa diload berbarengan dengan konten utama web, sehingga tidak harus menunggu sampe javascript selesai diload dulu baru web utama bisa tampil. Dengan script async maka javascript dan konten web seperti text dan image bisa diloading secara bersamaan.
Misal, Anda mepunyai kode halaman web seperti ini :
Sebelum loading_cepat.js selesai diload maka paragraf text dibawahnya tidak akan bisa tampil dan dilihat visitor. Tapi jika kode halaman web anda seperti ini :
Maka baik loading_cepat.js dan paragraf text dibawahnya bisa langsung tampil secara bersamaan, meskipun loading_cepat.js belum selesai diload.
Jadi perbedaan mendasar dari 2 isu diatas adalah:
Defer parsing of JavaScript -> menyarankan untuk menunggu konten utama selesai diload baru javascript diload.
Prefer asynchronous resources -> menyarankan konten utama dan javascript diload bersamaan.
Pengalaman saya, biasanya dengan menginstal plugin WP Deferred JavaScripts otomatis isu Prefer asynchronous resources juga hilang. Jika setelah menginstal plugin ini isu Prefer asynchronous resources masih muncul, Anda bisa mencoba mengaplikasikan kode async diatas.

Remove query strings from static resources

Isu terakhir yang sering muncul adalah “Remove query strings from static resources”. Untuk isu ini penanganannya cukup mudah jadi tidak perlu saya jelaskan panjang lebar. Cukup instal plugin Remove Query Strings From Static Resources dan masalah Anda akan teratasi. Tidak ada setting lanjutan, cukup instal dan aktifkan.
Note: Pada penggunaan 2 plugin diatas biasanya ada beberapa resource yang lolos dari optimasi, terutama yang resourcenya berasal dari luar (external). Saran saya minimalkan penggunaan external resource (seperti share button, kode analitics dll) pada yang penting-penting saja dan kalau bisa pilih yang scriptnya sederhana.
Untuk isu-isu yang lain saya rasa masih minor dan biasanya theme bawaan sudah otomatis support jadi tidak akan saya bahas disini.

Bonus Tips : Optimasi Pagespeed via GtMetrix Waterfall

Cara ini cukup simpel tapi ampuh untuk menambah kecepatan web Anda. Dengan GtMetrix Waterfall kita bisa melihat semua elemen-elemen web yang mempengaruhi pagespeed mulai dari css, image, javascript, kode php, dsb.
Cara optimasinya sebagai berikut :
Setelah melakukan analisa di GtMetrix, arahkan kursor ke bagian menu “Waterfall”, kemudian lihat elemen-elemen mana saja yang diloading paling lama.
gtmetrix waterfall
Dari situ anda bisa memutuskan apakah elemen-elemen yang bermasalah perlu dioptimasi atau tidak. Atau jika ada elemen yang kurang penting tapi cukup menyerap waktu loading, Anda bisa mempertimbangkan untuk menghapusnya.
Anda juga bisa memakai tools lain dengan fungsi serupa seperti http://tools.pingdom.com/fpt/

Cara Optimasi Pagespeed via Pagespeed Insights

Selanjutnya kita optimasi pagespeed di PageSpeed Insights
developers.google.com/speed/pagespeed/insights
Untuk memulai, masukkan url website Anda dikotak yang disediakan, kemudian klik “Analyze”.
Pagespeed Insights sendiri mempunyai 2 menu utama, yakni saran optimasi untuk Mobile dan Desktop. Bagian Mobile mempunyai 2 sub-menu yaitu Speed dan User Experience, sedangkan bagian Desktop terdapat sub-menu Suggestions Summary. Untuk sub-menu Speed dan Suggestions Summary ini sedikit banyak isu yang ditampilkan hampir sama dengan GtMetrix.
Di Pagespeed Insights ini ada 3 elemen utama yang bisa kita optimasi yaitu Image, Javascript dan CSS.
Caranya, setelah mengeklik ‘Analyize’, scroll kebawah hingga Anda menemukan kalimat “Download optimized image, JavaScript, and CSS resources for this page.”
Download optimized resources pagespeed insights
Download file .zip tersebut, ekstrak, kemudian replace file-file lama Anda dengan file ini (biasanya memerlukan akses cPanel). File yang sudah disediakan Google tersebut adalah versi yang sudah teroptimasi dari file-file di website Anda sehingga lebih kecil ukurannya.
Total ada 4 file utama yang terdiri dari 3 folder (css, image dan js) serta 1 file manifest.
Optimized contents
3 folder tersebut adalah versi yang sudah teroptimasi, sedangkan manifest berisi data letak file-file lama Anda berada.
Jika ada file-file eksternal dari pihak ketiga (javascript dari facebook, twitter, pinterest, dsb) maka abaikan saja karena kita tidak bisa melakukan apa-apa terhadap file-file tersebut.
Optimasi terakhir via Pagespeed Insights ini adalah bagian User Experience. Bagian ini memang tidak terlalu berhubungan langsung dengan kecepatan web, tapi menurut saya sangat penting karena berkaitan langsung dengan pencarian versi mobile. Dengan mengoptimasi User Experience hingga batas maksimal, tentunya memperbesar peluang web kita untuk lebih sering muncul dihasil pencarian versi mobile.
Apalagi dari berbagi data research terbaru menunjukkan akses via mobile mengalami lonjakan yang sangat masif tiap tahunnya. Dan sekarang ini, mayoritas pengunjung web sudah didominasi oleh user mobile mengalahkan versi desktop/pc. Jadi sangat rugi jika Anda tidak memaksimalkan potensi web Anda kepada mayoritas trafik yang datang.
Mobile statistik vs desktop users global
Untuk optimasi User Experience ini saya jadikan Spesial Bonus dan bisa Anda download gratis panduannya nanti di akhir artikel.

Cara Mengatasi HTML Error via W3.Org

Untuk optimasi html ini kita akan memakai html validator dari w3
http://validator.w3.org/nu/
Pertama-tama klik bagian source, kemudian masukkan url web yang akan dioptimasi dan klik “Check”
Nu html checker
Setelah itu akan tampil bagian-bagian html dari website yang bermasalah, biasanya ditandai dengan “Warning” dan “Error”. Error yang terjadi bisa bermacam-macam seperti kurang spasi, ada kode pembuka tapi tidak ada kode penutup atau sebaliknya, dan sebagainya. Bagian inilah yang harus Anda perbaiki.
Jangan kaget jika halaman error/warning yang tampil cukup banyak, biasanya dengan memperbaiki satu atau dua kode saja error/warning tersebut akan hilang karena w3 menampilkan html halaman web secara keseluruhan. Misal, dihomepage hanya ada satu kode yang salah yaitu bagian thumbnail. Akan tetapi dihomepage tersebut thumbnailnya tampil sebanyak 5 kali, maka kemungkinan besar error yang tampil di w3 validator ada 5.
Beberapa warning/error yang sering terjadi di w3 validator adalah sebagai berikut :

Attribute itemprop not allowed on element meta at this point

Untuk isu ini abaikan saja karena biasanya terjadi jika Anda menginstal plugin All in One SEO Pack dan mengaktifkan fitur default “Use Schema.org Markup”. Schema markup sendiri cukup berguna bagi SEO dan sudah disupport oleh Google dan search engine lain.

Element … is missing required attribute alt

Isu ini terjadi jika Anda tidak memasukkan element alt pada gambar. Cara memperbaikinya sangat mudah, cukup tambahkan kode alt=”alternative title gambar” pada source gambar yang bermasalah. Tulisan yang berwarna merah bisa Anda ganti dengan sembarang keyword yang berhubungan dengan gambar tersebut.
Misal, kode gambar seperti ini:
Maka bisa ditambahkan alt menjadi :

The … attribute is obsolete. Consider specifying … in CSS instead

Isu ini terjadi jika Anda atau pembuat theme yang Anda pakai memasukkan attribute-attribute seperti center, border, margin, padding, dan sebagainya ke dalam html atau kode php (single.php, dsb) dengan memakai cara lama. Karena saat ini pemakaian dengan cara lama tersebut sudah usang (deprecated tag / attribute ) dan sudah ada alternative pemakaian yang lebih fungsional dan fleksibel. Ada dua cara untuk menyelesaikan isu ini, yaitu lewat CSS (seperti yang disarankan w3 validator) atau lewat html/php langsung dengan sedikit merubah kode yang ada.
Untuk cara pertama (via CSS) caranya adalah sebagai berikut :
Misal kode yang bermasalah seperti ini
atau seperti ini
Maka bisa dirubah menjadi :
Kemudian di halaman CSS (biasanya di stylesheet.css) masukkan kode dibawah ini:
Jika masih belum bisa juga tambahkan margin right dan left nya menjadi auto
Cara kedua adalah dengan merubah langsung kode yang ada (dan menurut saya lebih mudah dan simple). Misal kode yang bermasalah seperti diatas, maka bisa dirubah menjadi seperti ini :
Untuk kode-kode html lain yang pemakaiannya sudah usang silahkan cek disini.

Element … not allowed as child of element … in this context.

Ini terjadi jika block-level elemen seperti <div>, <h1> atau <h2>, <p>, dan sebagainya berada didalam inline elemen seperti <span>, <img> dan sebagainya.
Misal, ada kode html seperti ini :
Kode ini tidak valid, yang benar seharusnya adalah seperti ini :

Stray end tag …

Ini biasanya terjadi jika tag penutup seperti </div>, </p> dan sebagainya tidak mempunyai tag pembuka (<div>, <p>,dsb). Hati-hati jika isu ini muncul karena biasanya masalahnya bukan terjadi langsung pada tag yang dianggap bermasalah, tapi pada elemen lain yang lupa tidak dimasukkan tag pembuka, sehingga w3 validator menjadi bingung antara tag pembuka milik suatu elemen dengan tag pembuka milik elemen lainnya. Untuk memperbaiki isu ini, Anda harus merunut tag-tag tersebut dari atas satu persatu.
Dan sekali lagi, untuk editing html ini perlu sedikit pemahaman kode html atau php, jika Anda masih baru belajar wordpress sebaiknya serahkan kepada yang lebih ahli. Tapi kalau Anda seorang pemula dalam coding dan mau bereksperimen sendiri (seperti saya) juga tidak apa-apa, hitung-hitung sambil belajar. Jangan lupa backup dulu data-data webnya ya, biar bisa segera direstore kalau-kalau terjadi kesalahan.

Itulah tips-tips untuk optimasi pagespeed yang bisa saya bagikan untuk bagian kedua ini. Jika Anda benar-benar mempraktekkan seluruh optimasi pagespeed seperti yang sudah saya jelaskan diatas, saya yakin PageSpeed Score GtMetrix Anda minimal bisa di angka 95% (grade A) dan Page Load Time bisa dibawah 1 detik seperti judul bombastis artikel ini ;)
Sebagai perbandingan, berikut screenshot pagespeed web rohadiright.com pada awal saya menulis artikel ini:
gtmetrix-before
Dan ini adalah screenshot pagespeed setelah saya optimasi kemaren :
gtmetrix-after
Single post :
gtmetrix-after-single
Not bad lah untuk web yang masih numpang di shared hosting.. :)

Semoga artikel ini bermanfaat. Jika Anda mendapat masalah dalam optimasi pagespeed atau isu yang Anda hadapi belum pernah saya bahas disini, jangan sungkan-sungkan untuk berkomentar. Siapa tahu saya atau visitor lain bisa memberikan solusi.
FYI, saya sendiri untuk masalah coding juga masih dalam taraf belajar. Jadi jika ada kekurangan atau kesalahan dalam postingan ini mohon dimaklumi. Kritik dan saran saya terima dengan senang hati, agar kedepannya saya bisa menyajikan konten-konten yang lebih bermutu.
Terakhir, Spesial Bonus: Trik Mendapatkan score 100% User Experience di Google Pagespeed Insightskhusus untuk para pembaca setia RohadiRight.com, silahkan download dengan memasukkan email Anda ke kotak form dibawah ini.
Sumber: http://www.rohadiright.com/optimasi-pagespeed
Previous
Next Post »